Surau Gadang Syekh Burhanuddin Ulakan
Selain
masjid, Syekh Burhanuddin juga mendirikan banyak surau pada masa
dakwahnya. Surau Syekh Burhanuddin atau yang dikenal dengan nama Surau
Gadang Syekh Burhanuddin terletak di Dusun Tanjung Medan, Desa Sandi
Mulia, Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Letak
surau ini berada dalam satu kecamatan dengan Masjid Syekh Burhanuddin,
akan tetapi berbeda desa.
Setelah
belajar selama 23 tahun kepada Teungku Syiah Kuala, pada bulan Safar
1066 H Syeikh Burhanuddin kembali ke kampung halaman dan mendirikan
surau ini. Beliau berhasil mengembangkan islam di kalangan msyarakat
Sumatera bagian tengah dan lebih besar lagi pengaruhnya di daerah
pedalaman. Karena menganut paham Syatariah, Surau Syeikh Burhanuddin
dikenal sebagai pusat Thareqat Syatarriah. Diantara ulama yang belajar
di surau ini adalah Tuanku Koto di Nagari Ampat Angkat Luhak Agam yang
merupakan guru dari Tuanku Imam Bonjol.
Bangunan
surau berdenah persegi terbuat dari kayu dan memiliki kolong setinggi
1,2 meter. Atap surau berbentuk tumpang tiga dari bahan seng, dimana
atap ketiga berbentuk gonjong. Untuk memasuki surau, terdapat pintu
utama di arah timur, melalui tiga anak tangga dari beton. Pintu memiliki
dua buah daun pintu yang masing-masing lebarnya 1,4 meter dan tingginya
2 meter. Lantai dan dinding utama surau terbuat dari papan kayu yang
telah beberapa kali mengalami pergantian. Begitupula tiang utama
bangunan yang berjumlah 16 buah dan tiang pendukung sejumlah 26 buah,
semuanya terbuat dari kayu. Tiang berdiri di atas umpak batu dengan
bentuk sangat sederhana. Karena belum pernah diganti, keadaan tiang
sudah mulai keropos dan memprihatinkan.
Surau
memiliki 16 buah jendela, yakni lima di sebelah utara, dua di sebelah
barat, lima di sebelah selatan, dan empat buah di sebelah timur. Plafon
di bagian pinggir ruangan terbuat dari papan kayu, sedangkan di tengah
ruangan terbuat dari anyaman daun kelapa yang berfungsi sebagai
penampung kotoran burung. Di bagian dalam surau, tepatnya di sisi barat
terdapat mihrab surau yang menjorok keluar. Mihrab berdenah persegi
panjang dan memiliki tiga buah jendela di sisi barat. Kemudian pada sisi
utara dan selatan disekat membentuk kamar, masing-masing berukuran 1,75
x 1,75 meter, dan memiliki sebuah pintu yang mengarah ke ruang mihrab.
Terdapat
beberapa bangunan baru yang mengelilingi Surau Gadang Syekh
Burhanuddin. Bangunan baru tersebut yakni bangunan adat atau aula
berbentuk persegi panjang dengan atap gonjong lima dari bahan seng
terletak di halaman depan. Hal ini menggambarkan bahwa ulama berada di
belakang memberi dorongan kepada adat atau masyarakat yang di depan
dalam menghadapi kemungkaran atau musuh. Bangunan lainnya diantaranya
adalah surau baru dengan bangunan dua lantai, bangunan madrasah, masjid
di sebelah utara, dan madarasah serta kamar mandi di sebelah barat.
Adapun di sebelah selatan terdapat rumah pengurus surau dan Panti Asuhan
Lanjut Usia Tanjung Medan. Pemugaran surau pernah dilakukan pada tahun
1980/1981, yakni pembongkaran rangka atap, dinding mihrab, jendela, dan
pintu, serta pemasangan kembali dengan bahan yang baru untuk komponen
yang sudah keropos kecuali tiang bangunan.
Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.
Post a Comment