Ini Pahala Besar Ketika Menyandang Status Ibu
Wanita pada akhirnya akan menjadi seorang Ibu dari anak-anaknya. Tentu
bukan perkara mudah ketika menyandang status ini. Sejak awal kehamilan,
kebebasan seorang wanita untuk menikmati hidup sudah mulai terbatasi.
Selama sembilan bulan, Ia harus menjaga keselamatan dan pertumbuhan janinnya. Semakin besar kandungan, maka Ibu akan merasakan beban berat. Puncaknya adalah saat memasuki masa-masa akan melahirkan. Ketika itu, seorang wanita bertaruh nyawa untuk mengeluarkan kita dari rahimnya.
Selama sembilan bulan, Ia harus menjaga keselamatan dan pertumbuhan janinnya. Semakin besar kandungan, maka Ibu akan merasakan beban berat. Puncaknya adalah saat memasuki masa-masa akan melahirkan. Ketika itu, seorang wanita bertaruh nyawa untuk mengeluarkan kita dari rahimnya.
Namun hal ini tentu setimpal dengan apa yang dijanjikan Allah SWT kepada
para Ibu. Jika selama ini kita hanya tahu bagaimana pahala seorang anak
jika berbakti kepada Ibu, maka perlu diketahui juga bagaimana pahala
menjadi seorang ibu yang baik. Seperti apa? Berikut ulasannya.
Salah satu keistimewaan seorang wanita yang diberikan Allah adalah fitrahnya yang akan menjadi seorang Ibu. Bahkan dalam sabdanya Rasulullah SAW mengatakan bahwa Ibu lebih utama dibanding ayah.
Abu Hurairah ra. menuturkan ada seorang laki-laki yang menghadap Nabi Muhammad SAW lalu bertanya “Ya Rasulullah, siapa dari keluargaku yang paling berhak atas kebaktianku?” Nabi kemudian menjawab “Ibumu.” “Kemudian siapa?” “Ibumu”, “setelah itu siapa?” “Ibumu” “Dan siapa lagi” “Ayahmu” (HR Muslim).
Allah SWT juga menjanjikan balasan kepada Ibu yang sudah banyak berkorban untuk anak-anaknya ini. Salamah ra. mengemukakan, Rasulullah SAW bersabda “Apakah kamu tidak rela apabila kamu hamil dari suamimu yang mana rela kepadamu. Kamu akan memperoleh pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa dan pahala orang yang menegakkan agama Allah. Apabila suamimu menolakmu, penghuni langit dan bumi tidak ada yang mengetahui terhadap rahasia yang kamu simpan. Apabila kamu melahirkan, maka kamu akan mendapatkan kebaikan dari setiap tegur air susumu. Jika kamu berjaga malam, maka bagimu pahala dari pahala memerdekakan tujuh puluh hamba sahaya untuk menegakkan agama Allah,” (HR. Tabrani dan Ibnu Asakar)
Begitulah besar pahala yang Allah SWT menjanjikan pahala bagi wanita yang menyandang status Ibu. Ibu lah yang menyusui, memandikan, mengganti popok, menyuapi, menenangkan jika si bayi rewel, menenangkan dan meninabobokkan.
Selain mengurusi anak, si Ibu juga disibukkan untuk mengurus dapur dan rumah. Belum lagi mengurus anak-anaknya yang lain, mengatur keuangan rumah tangga dan lain sebagainya. Tugas tersebut tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga menguras pikiran dan mengorbankan perasaan.
Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa tugas seorang Ibu itu 24 jam. Karenanya, para bapak yang memahami tugas seorang Ibu, bahwa tugas bapak meskipun Ia berat mencari nafkah hingga harus ‘’jungkir bali’’ belum lah seberat tugas Ibu.
Salah satu keistimewaan seorang wanita yang diberikan Allah adalah fitrahnya yang akan menjadi seorang Ibu. Bahkan dalam sabdanya Rasulullah SAW mengatakan bahwa Ibu lebih utama dibanding ayah.
Abu Hurairah ra. menuturkan ada seorang laki-laki yang menghadap Nabi Muhammad SAW lalu bertanya “Ya Rasulullah, siapa dari keluargaku yang paling berhak atas kebaktianku?” Nabi kemudian menjawab “Ibumu.” “Kemudian siapa?” “Ibumu”, “setelah itu siapa?” “Ibumu” “Dan siapa lagi” “Ayahmu” (HR Muslim).
Allah SWT juga menjanjikan balasan kepada Ibu yang sudah banyak berkorban untuk anak-anaknya ini. Salamah ra. mengemukakan, Rasulullah SAW bersabda “Apakah kamu tidak rela apabila kamu hamil dari suamimu yang mana rela kepadamu. Kamu akan memperoleh pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa dan pahala orang yang menegakkan agama Allah. Apabila suamimu menolakmu, penghuni langit dan bumi tidak ada yang mengetahui terhadap rahasia yang kamu simpan. Apabila kamu melahirkan, maka kamu akan mendapatkan kebaikan dari setiap tegur air susumu. Jika kamu berjaga malam, maka bagimu pahala dari pahala memerdekakan tujuh puluh hamba sahaya untuk menegakkan agama Allah,” (HR. Tabrani dan Ibnu Asakar)
Begitulah besar pahala yang Allah SWT menjanjikan pahala bagi wanita yang menyandang status Ibu. Ibu lah yang menyusui, memandikan, mengganti popok, menyuapi, menenangkan jika si bayi rewel, menenangkan dan meninabobokkan.
Selain mengurusi anak, si Ibu juga disibukkan untuk mengurus dapur dan rumah. Belum lagi mengurus anak-anaknya yang lain, mengatur keuangan rumah tangga dan lain sebagainya. Tugas tersebut tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga menguras pikiran dan mengorbankan perasaan.
Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa tugas seorang Ibu itu 24 jam. Karenanya, para bapak yang memahami tugas seorang Ibu, bahwa tugas bapak meskipun Ia berat mencari nafkah hingga harus ‘’jungkir bali’’ belum lah seberat tugas Ibu.
Post a Comment