Masjid
Pusaka adalah masjid tertua di Kabupaten Tabalong. Masjid ini selain menjadi tempat ibadah, juga menjadi tonggak atau bukti sejarah diterimanya Islam bagi suku Dayak Tabalong.
Masjid ini ramai dikunjungi atau diziarahi umat Islam, termasuk masyarakat dari Kaltim. Di Masjid Pusaka ini, selain masih tersimpan beduk asli dan petaka sepanjang 110 cm. Keberadaannya sejak masjid dibangun tahun 1625 diprakarsai Khatib Dayan dan saudaranya Sultan Abdurrahman (dari kerajaan Banjar yang berpusat di Kuin).
Khatib
Dayan dibantu tokoh-tokoh masyarakat Dayak, juga Datu Ranggana, Datu Kartamina, Datu Saripanji, Langlang Buana, Taruntung Manau, Timba Sagara, Layar Sampit, Pambalah Batung dan Garuntung Waluh.
Di
teras depan Masjid Pusaka, ada dua tajau (guci tempat penampungan air
yang dulunya digunakan suku Dayak untuk memandikan anak yang baru
lahir). Walaupun sudah dimakan sengat matahari, namun dua tajau yang
usianya mencapai 400 tahun itu, menurut Kaum Masjid Pusaka Abdullah
Syarif, tak berubah warnanya.
Para
peziarah ke sana tak lupa membawa pulang air dalam tajau itu karena
diyakini warga memiliki berkah digunakan cuci muka atau diminum.
Kebanyakan mereka datang ke Masjid Pusaka pada hari Rabu karena
bertepatan hari Pasar Arba di Banua Lawas.
Mereka
menyempatkan diri ziarah, selain untuk beribadah antara lain sembahyang
sunat Tahiyatul Masjid dan membaca surat Yasin, juga ada yang mengaku
membayar nazar, karena harapannya terkabul.
Deskripsi Bangunan
Masjid
Pusaka Banua Lawas berdiri di atas lahan berpagar besi dan di bagian
depan terdapat pintu gerbang yang terbuat dari beton dan dua pintu dari
besi. Halaman sebelah kiri (selatan) terdapat kompleks makam yang
berhadapan langsung dengan sungai Hanyar. Sedangkan di sebelah kanan
(utara) dan belakang (barat) masjid juga terdapat kompleks makam yang
cukup luas. Makam-makam ini adalah makam kuno, tetapi banyak yang tidak
diketahui. Diantara makam-makam yang berada di sebelah utara masjid
terdapat makam Penghulu Rasyid, seorang pemimpin dan penyebar agama
Islam pada waktu itu.
Masjid
Pusaka BAnua Lawas berdenah segi empat berarsitektur tradisional.
Bahannya sebagian besar tebuat dari kayu. Menurut informasi dari
masyarakat, bahwa bangunan asli masjid ini beronstruksi panggung, tetapi
sekarang lantai punggungnya sudah diurug dengan tanah dan ditutup ubin.
Bangunan masjid memiliki serambi dan bangunan utama. Di dalam bangunan
utama berdiri tiang-tiang, mihrab, mimbar.
Serambi
Untuk
masuk ke serambi harus melalui enam anak tangga yang terbuat dari
pasangan bata. Di samping kanan tangga terdapat dua buah guci tempat
menampung air untuk cuci kaki. Serambi terletak di sekeliling masjid dan
memiliki kandang (pagar) yang terbuat dari besi. Ukuran serambi depan
yaitu lebar 3,10 m, panjang 20,28 m. Serambi muka ditopang oleh tujuh
buah tiang terbuat dari kayu ulin, dan di antara tiang terdapat kandang
(semacam pagar teralis/jeruji besi) yang jumlahnya masing-masing tidak
sama. Kandang serambi depan dapat dibuka kea rah dalam dan dapat ditutup
kembali.
Di
tengah ruangan serambi depan terdapat lima buah tiang yakni yang
dilapis dengan semen serta ubin pada seperempat bagian bawah. Kandang
serambi sebelah kiri dan kanan masjid masing-masig mempunyai delapan
tiang, sedangkan kandang serambi belakang mempunyai sepuluh tiang.
Lantai
serambi ditutup dengan keramik (jenis mozaik) bermotif geometris dan
polos dengan warna kebiru-biruan. Dipojok kiri serambi depan terdapat
sebuah bedug yang sudah tua. Bedug ini terbuat dari kayu bulat yang
dilubangi dan ditutup dengan kulit sapi.
Ruang Utama
Ruang
utama masjid berukuran 13,85 m x 13,85 m. Bangunan ini dipotong oleh
1`6 tiang, empat buah tiang diantaranya merupakan tiang utama (soko
guru) dengan ukuran cukup besar, rata-rata berdiameter 41 cm. Sedangkan
tiang-tiang lain diameternya rata-rata berukuran 27 cm. Semua tiang yang
berada di dalam masjid ini berpenampang segi delapan dan dicat dengan
warna putih. Penampang tiang segi delapan ini dekerjakan dengan alat
yang sangat sederhana yakni dengan cara ditatah, hal ini Nampak pada
permukaan tiang yang masih kasar.
Diantara
keempat tiang utama terdapat sebuah tangga lingkar terbuat dari kayu
dengan anak tangga berjumlah 12 buah melingkari sebuah tiang bulat
hingga keatas. Di ujung tangga bagian atas terdapat semacam balkon
berdenah segi empat sebagai tempat bilal mengumandangkan adzan.
Tiang-tiang utama di dalam masjid mempunyai sambungan pada masing-masing
ujungnya. Tiap sambungan ini tebuat dari bilah-bilah kayu yang diikat
menjadi satu yang menghubungkan atap tingkat pertama ke atap tingkat
kedua, kemudian kea tap tingkat ketiga.
Dinding
ruang utama masjid terbuat dari papan ulin yang dipasang susun vertical
dan dicat warna putih dan hijau muda. Pada dinding depan terdapat pintu
masuk berjumlah tiga buah dan jendela sepuluh buah. Masing-masing pintu
dan jendela memiliki dua daun pintu dan dua daun jendela. Di atas pintu
dan jendela sampai ke plafon dipasng kaca bercorak Eropa dengan warna
biru, hijau muda, dan merah muda. Daun pintu maupun jendela berbentuk
ram dengan kisi-kisi terbuat dari kayu, jumlah kisi-kisi setiap daun
pintu maupun jendela 25 bilah.
Pada
dinding masjid sebelah kiri terdapat lima buah pintu. Di atas pintu
terdapat lobang angina tau ventilasi (dahi lawang) berhiaskan ukiran
tembus bermotif daun-daunan atau flora, namun sepintas lalu ventilisasi
tersebut tampak seperti motif kepala singa yang disamarkan. Dinding
masjid sebelah kanan juga mempunyai lima buah pintu dengan bentuk yang
sama dengan pintu-pintu sebelah kiri., Pintu-pintu tersebut juga
mempunyai ventilasi di atasnya sama dengan ventilasi pada pintu-pintu
dinding masjid sebelah kiri. Dinding belakang menyatu dengan ruangan
pengiriman (mihrab). Di bagian ini ada dua buah pintu yang masing-masing
berada di sebelah kanan dan kiri maihrab. Bentuk pintu dan ventilasinya
maupun warna cat sama dengan pintu-pintu lainnya.
Lantai
ruang utama agak tinggi dari tanah dasar (diurug) dan di tutup dengan
ubin teraso berwarna hijau muda, berukuran 20 x 20 cm. Setiap empat buah
pasangan ubin dipasang pula satu baris ubin bermotif sebagai garis
batas shaf untuk sholat berjamaah. Bangunan ruang utama masjid ini
beratap tiga tingkat berdenah segi empat. Atap paling atas atau tingkat
ketiga berbentuk pyramid, atapnya sirap dilapis dengan seng. Begitu pula
atp kedua dan pertama juga terbuat dari sirap yang dilapisi dengan seng
sehingga jika dilihat dari luar semua atapnya memakai seng.
Antara
atap dan tingkat pertama, kedua dan ketiga terdapat semacam celah
(lubang angin) yang dipasang kaca bening. Kerangka kaca tersebut
bentuknya seperti susunan bata berkotak-kotak. Jika dilihat dari dalam,
seluruh atap masjid mempunyai langit-langit/plafon. Atap pertama
plafonnya terbuat dari papan tripleks/plywood yang dipasang seperti
susunan batu bata. Plafon seperti ini juga terdapat pada selasar yang
terdapat di sekeliling masjid. Sedangkan plafon atap kedua dan ketiga
terbuat dari bilah-bilah papan yang dipasang secara membujur kearah
Timur dan Barat.
Bangunan
mihrab dibangun menyatu dengan bangunan ruang utama, terutama pada
dinding dan lantainya, tetapi mempunyai atap/kubah tersendiri. Bangunan
mihrab berdenah segi delapan, atapnya dua tingkat dan diantara kedua
tingkat atap tersebut terdapat celah/pemisah berupa dinding kaca. Kaca
ini dipasang berkotak-kotak seperti pasangan bata. Jumlah kotak kaca
pada masing-masing bidang adalah sepuluh kotak. Dinding bidang sebelah
timur hanya dipasang dengan papan dalam posisi vertical. Atap mihrab
tingkat pertama dankedua masih beratapkan sirap, namun kubahnya terbuat
dari seng. Kubah mihrab bergaya Timur Tengah dan mempunyai pataka
dipuncaknya dengan ragam hias yang lebih sederhana disbanding pataka
yang terdapat pada ruang utama. Mihrab mempunyai jendela sebanyak enam
buah namun tidak mempunyai pintu keluar. Jendela tersebut berada pada
dinding/ penampang sebelah barat atau persis beraa di bawah dinding kaca
yang memisahkan antara atap pertama dengan atap kedua.
Masing-masing
jendela berukuran 0,50 x 1,61 m dan satu buah jendela mempunyai dua
buah daun jendela yang dipasang kaca warna warni ,mengililingi kaca
bening. Diantara enam buah jendela tersebut, terdapat empat buah jendela
yang mempunyai ventilasi namun ditutup sengan kaca bening dan diberi
teralis besi. Di atas ventilasi tersebut masih ada dinding terbuat dari
kaca yang menempel langsung dengan atap pertama . Celah yang memisahkan
atap pertama dengan kedua, terdapat semacam jendela/lubang cahaya yang
dipasang kaca dan pada sebelah dalam dipasang papan dari kayu ulin
secara vertical yang tampak seperti dinding. Langit-langit bagian dalam
mihrab juga dipasang palfon bercat putih terbuat dari papan yang
dipasang membujur arah timur barat.
Lantai
dalam mihrab terbuat dari ubin teraso yang kualitasnya cukup baik,
hiasannya bermotif flora (bunga) dalam bentuk segi empat. Batas ruang
dalam mihrab dengan ruang utama ada semacam gapura berbentuk setengah
lingkaran dan tepat di bagian atasnya terdapat pula hiasan berbentuk
kubah terbalik.
Di
dalam mihrab terdapat mimbar tempat khotib menyampaikan khotbah. Mimbar
tersebut bertangga di bagian mukanya dengan jumlah anak tangga
sebanyak tiga buah. Mimbar berbentuk kotak segi empat dan mempunyai
ruang di dalamnya. BAngunan ini di bagian atas dpan berbentuk lengkungan
setengah lingkaran. Di samping kiri dan kanan mimbar terdapat semacam
jendela namun tidak berdaun pintu.
Mimbar dilengkapi dengan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu ulin yang pada ujungnya memiliki dua mata tombak terbuat dari besi (dwisula). Tangga mimbar mempunyai pegangan di kiri dan kananya. Pegangan tersebut berbentuk semacam lilitan akar.
Di dinding belakang dan atas mimbar terdapat ukiran yang dipasang terbalik, artinya ukiran tersebut hanya dapat dilihat dari dalam mimbar (lewat jendela dan pintu mimbar).
Ukiran ini bermotif salur-salur daun dan bunga-bungan. Menurut informasi ukiran ini dulunya berada di bagian kiri dan kanan mimbar sebelah bawah dan merupakan peninggalan Penghulu Rasyid. Mimbar dan tangganya bercat putih, kecuali pada pegangan anak tangga dicat warna hijau.
Mimbar dilengkapi dengan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu ulin yang pada ujungnya memiliki dua mata tombak terbuat dari besi (dwisula). Tangga mimbar mempunyai pegangan di kiri dan kananya. Pegangan tersebut berbentuk semacam lilitan akar.
Di dinding belakang dan atas mimbar terdapat ukiran yang dipasang terbalik, artinya ukiran tersebut hanya dapat dilihat dari dalam mimbar (lewat jendela dan pintu mimbar).
Ukiran ini bermotif salur-salur daun dan bunga-bungan. Menurut informasi ukiran ini dulunya berada di bagian kiri dan kanan mimbar sebelah bawah dan merupakan peninggalan Penghulu Rasyid. Mimbar dan tangganya bercat putih, kecuali pada pegangan anak tangga dicat warna hijau.
Bangunan Lain
Untuk
kepentingan masjid, maka dibuatlah bangunan baru sebagai sarana yang
letaknya terpisah dengan bangunan utama. Bangunan ini berada di halaman
masjid. Bangunan sarana meliputi banhgunan air wudhu dan terbuka yang
dibangun sekitar tahun 1972, bak air wudhu tertutup di bangun pada tahun
1993, dan dibangun pula tempat parkir sepeda.
Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.
Post a Comment