Masjid Azizi Langkat, Menginspirasi Masjid Zahir di Kedah
Merupakan
masjid istana yang terletak di Jalan Raya Lintas Sumatera, tepatnya di
Kelurahan Tanjung Pura, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara. Sekitar 500 meter di sebelah selatan masjid terdapat
bekas istana Sultan Deli serta lapangan yang sekarang sudah tidak tampak
lagi. Sedangkan sekitar 500 meter ke arah timur berdiri sebuah bangunan
Gedung Pancasila yang dulu digunakan sebagai tempat pengadilan pada
masa Kesultanan Langkat. Sekarang, masjid berdiri di antara permukiman
penduduk Kampung Dalam Lingkungan Tiga.
Pada
awalnya, pembangunan Masjid Azizi dilaksanakan atas saran Syekh Abdul
Wahab Babussalam pada masa pemerintahan Sultan Langkat Haji Musa, yakni
pada tahun 1899. Akan tetapi, Haji Musa meninggal pada saat masjid masih
dalam proses pembangunan. Sehingga pembangunan masjid dilanjutkan oleh
puteranya, Sultan Abdul Azizi Abdul Jalil Rahmad Syah. Oleh karena itu,
nama ‘Azizi’ berasal dari nama putera Sultan Haji Musa yang
menyelesaikan pembangunan masjid pada tahun 1902. Kemudian pada tahun
1927 dibangun menara masjid atas sumbangan Perkebunan Maskapai Deli May.
Adapun pemugaran masjid dilakukan pada tahun 1978/1979-1980/1981 oleh
Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Sumatera Utara. Kemudian tahun 1990/1991 dilakukan pemugaran kedua oleh
Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara.
Masjid
Azizi memiliki dua pagar di hamalannya. Pertama, pagar terluar terbuat
dari besi setinggi kurang lebih satu meter yang mengelilingi semua
halaman, termasuk menara dan bangunan masjid. Pada pagar ini terdapat
dua pintu di sisi utara untuk menuju masjid yang menghadap ke sisi
timur. Kedua, pagar bagian dalam yang terbuat dari tembok mengelilingi
halaman bangunan masjid dan makam sultan serta keluarganya. Sedangkan
makam lain berada di luar pagar dalam, seperti makam Pahlawan Nasional,
T. Amir Hamzah. Semua makam tersebut berada di sisi barat masjid.
Bangunan masjid sendiri terdiri dari dua bagian, yakni serambi dan ruang
shalat.
Pada
sisi timur, utara, dan selatan masjid terdapat bagian yang menjorok
keluar seperti penampil yang merupakan bagian dari serambi. Sedangkan di
sisi barat terdapat makam-makam Sultan Langkat. Serambi masjid berdenah
persegi panjang dengan dua buah tiang di sisi luarnya. Tiang tersebut
menjulang sampai ke atap tingkat kedua, dimana bagian atas tiang
berbentuk kuncup bunga. Serambi masjid merupakan ruangan terbuka yang
dikelilingi pagar tiang bulat. Bagian atasnya dihiasi bentuk lengkungan
yang saling berhubungan, dihiasi kaligrafi, geometris, dan floraris.
Atap serambi sisi barat memiliki tujuh kubah sedangkan sisi lainnya
masing-masing terdapat dua kubah. Selain itu, masing-masing penampil
juga memiliki satu kubah, dimana kubah atap penampil lebih besar
daripada kubah lainnya dengan bentuk segi delapan.
Serambi
dan ruang utama masjid dipisahkan oleh dinding tembok yang dihiasi
kaligrafi ayat al-Qur’an, geometris dan floraris di bagian luarnya.
Sedangkan dinding bagian dalam memiliki hiasan lebih banyak daripada
dinding luar, dimana bawahnya dilapisi marmer dan bagian atasnya dihiasi
kaligrafi ayat al-Qur’an, geometris dan floraris. Dinding ruang utama
menopang atap tingkat dua dan tiga. Lantai ruang utama terbuat dari
marmer yang semula berbahan keramik. Sisanya masih dapat dilihat di
bagian tengah ruang utama.
Setiap
sisi utara, timur, dan selatan memiliki tiga pintu dengan dua buah daun
pintu di masing-masing pintunya serta empat jendela dengan kaca
berwarna di bagian atas lengkungan. Sedangkan sisi barat, karena
terdapat mihrab di bagian tengah, hanya memiliki dua pintu. Pintu ini
dihiasi hiasan geometris dan di bagian atas dihiasi dengan jendela kecil
lengkung yang terbuat dari kaca berwarna. Di dalam ruang utama juga
terdapat dinding penyekat berdenah segi delapan yang penuh dengan hiasan
kaligrafi, geometris, dan floraris berwarna. Fungsi dinding ini adalah
segabagai penyangga atap kubah bagian tengah. Di setiap sudut dinding
penyekat terdapat pintu yang tidak memiliki daun pintu.
Selain
dinding penyekat, di sisi barat ruang utama terdapat mihrab dan mimbar.
Mihrab terbuat dari marmer, menjorok keluar, dan di sisi kiri-kanannya
berdiri sebuah tiang besi. Kedua tiang ini dihubungkan dengan hiasan
melengkung ke atas hingga ke atap mihrab. Adapun mimbar terbuat dari
kayu dengan denah persegi panjang. Di dukung oleh dua tiang di bagian
depan, tengah, dan belakang. Dinding kiri, kanan, dan belakang mimbar
diukir dengan hiasan bunga-bungaan, daun-daunan, sulur-suluran, serta
bulatan. Pintu masuk mimbar berada di sisi timur, berdaun dua, dan
berukir. Mimbar juga memiliki tangga, atap berbentuk persegi, dan
puncaknya meruncing.
Di
dalam pagar terluar, tepatnya sisi timur laut masjid, terdapat menara
yang memiliki bagian kaki, badan, dan atap. Kaki menara bebentuk
persegi, memiliki satu pintu di bagian bawah dan bagian atas dihiasi
sebuah jendela di setiap sisinya. Adapun bagian badan terbagi lagi ke
dalam tiga bagian. Bagian pertama berbentuk segi delapan dan memiliki
pagar di bagian atasnya. Bagian kedua juga berbentuk segi delapan dan
memiliki delapan buah jendela dengan lengkungan di bagian atasnya.
Bagian ketiga juga memiliki bentuk yang sama dan berpagar di bagian
atas. Terakhir, atap menara berbentuk kubah dengan hiasan bulan di
puncaknya. Arsitektur Masjid Azizi ini mengilhami arsitektur Masjid
Zahir di Kedah, Malaysia yang didirikan oleh Yang Teramat Mulia Tuanku
Mahmud Ibni Al-Marhum Sultan Ahmad Tajuddin Mukarram Shah.
Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.
Post a Comment