Masjid Raya Al-Osmani, Masjid Tertua Kota Medan
Masjid
yang diakui sebagai masjid tertua di Medan ini terletak di Jalan Yos
Sudarso KM 17.5, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan,
Medan. Karena letaknya tersebut, Masjid Raya al-Osmani juga dikenal
dengan nama Masjid Labuhan. Selain itu, arsitektur yang khas dan
warnanya yang kuning-kehijauan mencolok menjadikan Masjid Raya al-Osmani
juga terkenal dengan nama Masjid Kuning.
Masjid
dibangun pada masa pemerintahan Sultan Osman Perkasa Alam sebagai
Sultan ketujuh dari Kerajaan Melayu Deli, yakni tahun 1854 dengan
menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pembangunan dilanjutkan
menggunakan bahan permanen pada tahun 1870-1872 oleh putranya sebagai
sultan kedelapan, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam. Pembangunan kedua
ini dilakukan secara besar-besaran dengan mendatangkan arsitek Jerman.
Selain diperluas, material bangunan juga didatangkan dari berbagai
negara.
Kubah masjid dibuat dari tembaga dan kuningan berbentuk segi
delapan dengan berat mencapai 2,5 ton. Kemegahan masjid kesultanan ini
menandakan kekentalan nuansa islam pada masa Kerajaan Melayu Deli,
dimana masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah tetapi juga
tempat dakwah dan penyebaran informasi kerajaan. Masjid Raya al-Osmani
sangat berhubungan erat dengan Istana Maimun yang sekarang sudah tidak
terlihat bekasnya.
Pemugaran dilakukan kembali pada tahun 1927 oleh Deli Maatschappij,
sebuah perusahaan kongsi Kesultanan Deli dan Belanda. Kemudian pada
tahun 1964 pemugaran kembali dilaksanakan oleh Direktur Utama PT.
Tembakau Deli II. Tahun 1977 pemugaran dilaksanakan oleh Walikota Medan,
HM. Saleh Arifin dengan dana bantuan dari Presiden RI. Terakhir,
pemugaran dilakukan pada tahun 1992 oleh Walikota Medan, Bachtiar
Djafar. Saat ini kepengurusannya dikelola oleh keluarga keturunan
sultan.
Luas
lahan masjid saat ini kurang lebih satu hektar. Selain masjid sebagai
bangunan utama, juga terdapat gapura, tempat wudhu dan makam-makam yang
dipagari besi. Gapura berada di sebelah barat masjid, ditopang oleh dua
kelompok tiang yang masing-masing kelompok terdiri dari lima tiang.
Salah satu tiang besar berbentuk bulat berada di tengah tiang-tiang
lain. Bagian bawah tiang dihiasi pelipit-pelipit sedangkan bagian
atasnya dihiasi bentuk persegi, kuncup bunga, dan lengkungan. Atap
masjid bertingkat dua berbahan genteng dan pinggirnya dihiasi hiasan
kayu berukir. Antara atap bawah dan atas terdapat ventilasi dari kayu.
Masjid
Raya al-Osmani menghadap ke sebelah timur membelakangi jalan raya.
Bangunan masjid memiliki serambi dan ruang utama. Serambi berada di sisi
timur, utara, dan selatan dimana di setiap bagian tengahnya terdapat
penampil sebagai pintu masuk. Penampil dihiasi dua buah tiang besar
bersegi delapan dengan hiasan kuncup bunga di bagian puncaknya.
Masing-masing berada di kiri dan kanan pintu. Penampil dan serambi
merupakan ruangan terbuka. Serambi memiliki atap sendiri yang di setiap
sudutnya beratap kubah.
Terdapat
tiga pintu dari setiap serambi untuk memasuki ruangan utama. Pintu di
bagian tengah berdaun pintu dua buah berhiaskan geometris dan bagian
atasnya berhiaskan lengkungan. Dua pintu lainnya memiliki hiasan yang
sama, namun ukurannya lebih besar dan hiasan lengkungan di bagian
atasnya meruncing. Lengkungan-lengkungan tersebut merupakan jendela kaca
berhias dan berwarna. Sementara di bagian barat yang tidak memiliki
pintu karena terdapat mihrab, di sisi kiri dan kanan mihrab terdapat
sebuah jendela kaca berhias dan berwarna yang bagian atasnya juga
dihiasi lengkungan.
Dalam
ruang utama untuk sholat berdiri empat buah tiang (soko guru) yang
berbentuk segi delapan. Selain tiang, juga terdapat mihrab, mimbar, dan
mimbar kedua yang disebut dikba. Mihrab berada di sisi barat dengan
bentuk cekung, dihiasi lengkungan, pelipit datar, dan kaligrafi berisi
ayat al-Quran di bagian dalamnya. Adapun mimbar masjid terbuat dari kayu
dan terbagi ke dalam tiga bagian. Bagian bawah memiliki dua anak tangga
yang berukir bunga-bungaan, daun-daunan, dan sulur-suluran. Bagian
tengah mimbar terdiri atas enam tiang bulat. Sedangkan bagian atas
dihiasi lengkungan, ukir-ukiran, dan atap dari kayu yang maik menyempit
di puncaknya. Di pekarangan masjid terdapat pemakaman, lima diantaranya
adalah makam Sultan Deli keempat sampai kedelapan.
Sumber:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.
Sumber Foto :
1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.
2. Sindonews.com
3. Flickr
2. Sindonews.com
3. Flickr
Post a Comment