Masjid
Tua Bungku terletak di Desa Marsaole, Kecamatan Bungku Tengah,
Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Merupakan peninggalan
bersejarah bagi Kerajaan Bungku, selain itu mesjid ini adalah mesjid
kedua dari penyebaran agama islam di daerah Bungku. Masjid Tua Bungku
terdiri dari ruang utama dan serambi. Dalam ruang utama terdapat tiang,
mihrab, dan mihrab. Tiang dalam ruangan ada 17 buah terdiri dari empat
tiang soko guru dan 13 buah tiang kelilingi yang lebih kecil dari tiang
soko guru. Mimbar terdapat pada dinding barat yang menjorok keluar. Di
sebelah utara mihrab terdapat mimbar yang berbentuk kursi tinggi. Selain
itu dalam ruangan juga terdapat sebuah peti yang berfungsi sebagai
tempat menyimpan naskah kitab suci Alqur’an.
Masjid
ini memiliki menara yang berdiri 25 meter dari permukaan tanah, dikenal
sebagai menara alif yang berarti tauhid (keesaan) Allah, sumber
sejarah menceritakan dulunya menara alif ini terpasang simbol bulan
bintang. Atap serambi tidak bersatu dengan atap ruang induk, tetapi
menempel pada dinding di bawah atap kesatu. Atap masjid bertumpang lima
dengan kombinasi bentuk kubah pada bagian puncaknya. Masjid dilengkapi
sarana lain seperti sumur dan bak penampungan air untuk berwudhu. Selain
itu juga terdapat bedug. Di halaman muka, di dekat serambi bagian timur
laut dan tenggara masing-masing terdapat sebuah meriam yang berasal
dari Portugis.
Sejarah
Pada
abad XV agama Islam masuk ke Bungku pertama kali dnegan penyiar agama
dari Tanah Melayu bernama Syekh Maulana bergelar Bojo Johor. Beliau
datang ke Bungku pada waktu Raja Marhum Sangieng Kinambuka memerintah
setelah Islam berkembang maka di bangun sarana peribadatan berupa
masjid. Kemudian atas prakarsa raja Bungku VII yaitu Kacili Mohammad
Baba bergelar Peapua Levivi Rombia yang memerintah pada tahun 1835-1836
dimulailah pembangunan masjid tersebut (tahun 1835). Arsitek masjid
adalah Merodo bergelar Sengaji, seorang bangsawan dari Desa Oneete
(seorang keturunan bangsawan yang berasal dari Ternate).
Masjid
mendapat pengaruh dari Ternate, karena waktu pembangunan masjid
tersebut kesultanan Ternate berjaya sehingga membawa pengaruh yang cukup
besar terhadap kebudayaan dan pemerintahan di Bungku. Secara etimologi
kata bungku berasal dari kata tambuku yang berarti puncak gunung.
Pada
masa pemerintahan raja Bungku XII, yaitu Abdul Razak masjid pertama
kali dipugar. Pemugaran tersebut berlangsung pada tahun 1936-1937 yang
melibatkan seorang arsitek bangsa Cina bernama Aweng. Kegiatan mengganti
atap mimbar dengan atap seng oleh penduduk setempat. Kemudian pada masa
pendudukan Jepang di Bungku tahun 1942-1945 diadakan penambahan lambang
bulan dan bintang di atas kubah masjid.
Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.
Post a Comment