Sebuah kereta api Nazi yang diduga bermuatan penuh emas dan permata yang hilang selama akhir Perang Dunia II telah ditemukan oleh dua orang di Polandia.
Klaim penemuan kereta api Nazi itu kemudian mereka daftarkan ke sebuah firma hukum di Walbrzych yang berjarak dua mil dari Benteng Ksiaz.
Menurut sejumlah media setempat, kedua orang yang mendaftarkan klaim penemuan mereka adalah orang Polandia dan orang Jerman.
Mereka mengatakan telah menemukan sebuah kereta api lapis baja sepanjang 150 meter dan mungkin mengangkut 300 ton emas dan permata.
Masih menurut media Polandia, keduanya menginginkan bagian 10 persen dari penemuan tersebut.
Radio Wroclaw melaporkan penemuan tersebut sesuai dengan legenda setempat yang mengisahkan tentang misteri hilangnya sebuah kereta api Nazi yang mengangkut emas dan permata dalam perjalanan dekat Benteng Ksiaz.
Menurut legenda yang beredar, Nazi memindahkan emas dan permata ke atas sebuah kereta lapis baja menjelang akhir Perang Dunia II, saat Soviet semakin mendekati kota Wroclaw, Polandia.
Namun dalam perjalanan kereta tersebut hilang secara misterius di sekitar Benteng Ksiaz di Walbrzych. Kereta api seharusnya memasuki terowongan dekat benteng tetapi tidak pernah muncul lagi. Terowongan itu kemudian ditutup dan lokasinya dilupakan.
"Pengacara, tentara, polisi dan pemadam kebakaran saat ini tengah mengurus masalah itu," kata Marika Tokarska, seorang pejabat di dewan distrik kota Walbrzych, kepada Reuters.
"Kawasan itu belum pernah digali sebelumnya dan kami belum tahu apa yang akan ditemukan di sana."
Penemuan kereta api Nazi ini memicu spekulasi bahwa kereta api misterius sudah ditemukan.
Sementara itu legenda lain menyebutkan, pasukan Nazi telah mengirim 24 gerbong barang dari Budapest ke Jerman, penuh dengan harta benda termasuk emas, perak dan lukisan berharga yang dirampas dari orang-orang Yahudi Hungaria. Harta rampasan tersebut diperkirakan bernilai sebanyak 125 juta poundsterling.
Namun dalam perjalanannya, kereta api disabotase tentara Amerika dan harta rampasan dijarah oleh mereka.
(Sumber: Independent.co.uk)
Post a Comment