Akan seperti apa Amerika jika muslim dilarang?
Merdeka.com - Pernyataan bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump
membuat gaduh publik Amerika Serikat dan dunia. Pasalnya beberapa hari
lalu dia mengatakan akan melarang seluruh imigran muslim masuk ke Negeri
Paman Sam.
Kontan ucapan Trump itu menuai kecaman dari berbagai penjuru. Pria berusia 69 tahun itu menjelaskan logikanya seperti ini: Larang semua muslim masuk ke Amerika Serikat sampai pemerintah mencari tahu "apa yang sedang terjadi". Larangan itu tentu saja akan tidak hanya akan berpengaruh pada warga asing yang akan datang ke Amerika dan imigran, tapi juga turis, dan pelajar yang ingin melanjutkan studinya di negara adikuasa itu.
Jika larangan Trump itu benar-benar terjadi beberapa dekade lalu, maka Amerika Serikat akan banyak kehilangan jejak budaya, aspek ekonomi, prestasi olah raga, dan banyak lagi. Warga muslim punya banyak peran di Amerika Serikat selama ini, seperti dilansir stasiun televisi CNN, Kamis (10/12).
Di Kota Chicago misalnya. Orang tentu tak bisa membayangkan Chicago tanpa Menara Willis atau John Hancock Center. Dua bangunan penting itu dirancang oleh almarhum Fazlur Rahman Khan. Sosok Rahman adalah seorang yang ahli di bidangnya. Karya dia dinilai mengubah cara pandang orang tentang bagaimana membangun sebuah gedung bertingkat.
Menara Willis (dulunya bernama Menara Sears) mempunyai 110 lantai dan menjadi gedung tertinggi di dunia hingga 1996.
Rahman lahir pada 1929 di Bangladesh dan datang ke Amerika ketika dia melanjutkan studinya dengan beasiswa Fulbright.
Sebagai seorang muslim, Rahman juga ikut membangun Terminal Haji di bandara di Kota Jeddah, Arab Saudi.
Selain Rahman di bidang arsitek, ada sosok Hakeem Olajuwon di lapangan basket.
Kota Houston tentu berutang budi pada Olajuwon karena dia adalah salah satu dari pemain andalan klub Houston Rockets yang berhasil memenangkan kompetisi liga basken nasional NBA pada 1994 dan 1995.
Olajuwon tetap berpuasa Ramadan ketika dia dan timnya sedang menghadapi pertandingan penting. Ketika klubnya berhasil juara dia dilaporkan tidak mengikuti perayaan mandi sampanye di ruang ganti dan tetap menunggu di lapangan.
Olajuwon kemudian dimasukkan ke dalam daftar Hall of Fame pada 2008, penghargaan bagi sosok pahlawan olah raga. Organisasi Lingkaran Islam Amerika Utara kemudian mengatakan, Olajuwon adalah teladan bagi warga muslim dan kaum muda karena dia memegang teguh prinsip-prinsip Islam.
Jika dia dilarang masuk Amerika dari kampung halamannya di Nigeria, maka basket Amerika tidak akan punya sosok seperti Olajuwon.
Di bidang musik, ada sosok Ahmet Ertegun. Musisi legendaris Amerika tidak ada yang tidak mengenal Ertegun. Dia adalah pendiri salah satu perusahaan rekaman terbesar di Amerika, Atlantic Records. Penyanyi seperti Ray Charles dan Aretha Franklin tidak akan menjadi legenda jika Ertegun tidak mendengarkan lagu-lagu mereka dan menjalin kontrak dengan mereka.
Musisi Amerika dan Inggris yang pernah menandatangani kontrak rekaman dengan Ertegun antara lain nama-nama besar seperti the Rolling Stones, Led Zeppelin, Crosby, Stills, Nash and Young.
Ertegun adalah pria kelahiran Turki. Ayahnya seorang diplomat dan keluarga mereka pindah ke Negeri Paman Sam ketika ayahnya menjadi duta besar Turki buat Amerika.
Jika Ertegun dan keluarganya dilarang masuk ke Amerika maka kita tidak akan mengenal karya-karya musik hebat dari musisi-musisi kelas dunia itu.
Militer Negeri Paman Sam juga punya banyak tentara beragama Islam. Diperkirakan angkanya mencapai sekitar 4.500 hingga 5.000 orang.
Sebagian dari tentara muslim Amerika itu adalah imigran atau menjadi warga negara Amerika.
"Kita jelas punya tentara muslim," kata juru bicara Pentagon Peter Cook dua hari lalu.
Kareem Rashad Sultan Khan adalah satu di antara tentara muslim Amerika yang tewas di Irak pada 2007.
Khan dan tiga rekannya tewas terkena ledakan bom. Dalam sebuah wawancara, ayah Khan mengatakan putranya bergabung dengan militer Amerika karena teringat kejadian 11 September 2001.
"Keyakinannya sebagai muslim tidak membuat dia enggan bergabung dengan militer. Dia meyakini dirinya sebagai warga Amerika dan harus melakukan itu," ujar Feroze Khan, sang ayah.
Kontan ucapan Trump itu menuai kecaman dari berbagai penjuru. Pria berusia 69 tahun itu menjelaskan logikanya seperti ini: Larang semua muslim masuk ke Amerika Serikat sampai pemerintah mencari tahu "apa yang sedang terjadi". Larangan itu tentu saja akan tidak hanya akan berpengaruh pada warga asing yang akan datang ke Amerika dan imigran, tapi juga turis, dan pelajar yang ingin melanjutkan studinya di negara adikuasa itu.
Jika larangan Trump itu benar-benar terjadi beberapa dekade lalu, maka Amerika Serikat akan banyak kehilangan jejak budaya, aspek ekonomi, prestasi olah raga, dan banyak lagi. Warga muslim punya banyak peran di Amerika Serikat selama ini, seperti dilansir stasiun televisi CNN, Kamis (10/12).
Di Kota Chicago misalnya. Orang tentu tak bisa membayangkan Chicago tanpa Menara Willis atau John Hancock Center. Dua bangunan penting itu dirancang oleh almarhum Fazlur Rahman Khan. Sosok Rahman adalah seorang yang ahli di bidangnya. Karya dia dinilai mengubah cara pandang orang tentang bagaimana membangun sebuah gedung bertingkat.
Menara Willis (dulunya bernama Menara Sears) mempunyai 110 lantai dan menjadi gedung tertinggi di dunia hingga 1996.
Rahman lahir pada 1929 di Bangladesh dan datang ke Amerika ketika dia melanjutkan studinya dengan beasiswa Fulbright.
Sebagai seorang muslim, Rahman juga ikut membangun Terminal Haji di bandara di Kota Jeddah, Arab Saudi.
Selain Rahman di bidang arsitek, ada sosok Hakeem Olajuwon di lapangan basket.
Kota Houston tentu berutang budi pada Olajuwon karena dia adalah salah satu dari pemain andalan klub Houston Rockets yang berhasil memenangkan kompetisi liga basken nasional NBA pada 1994 dan 1995.
Olajuwon tetap berpuasa Ramadan ketika dia dan timnya sedang menghadapi pertandingan penting. Ketika klubnya berhasil juara dia dilaporkan tidak mengikuti perayaan mandi sampanye di ruang ganti dan tetap menunggu di lapangan.
Olajuwon kemudian dimasukkan ke dalam daftar Hall of Fame pada 2008, penghargaan bagi sosok pahlawan olah raga. Organisasi Lingkaran Islam Amerika Utara kemudian mengatakan, Olajuwon adalah teladan bagi warga muslim dan kaum muda karena dia memegang teguh prinsip-prinsip Islam.
Jika dia dilarang masuk Amerika dari kampung halamannya di Nigeria, maka basket Amerika tidak akan punya sosok seperti Olajuwon.
Di bidang musik, ada sosok Ahmet Ertegun. Musisi legendaris Amerika tidak ada yang tidak mengenal Ertegun. Dia adalah pendiri salah satu perusahaan rekaman terbesar di Amerika, Atlantic Records. Penyanyi seperti Ray Charles dan Aretha Franklin tidak akan menjadi legenda jika Ertegun tidak mendengarkan lagu-lagu mereka dan menjalin kontrak dengan mereka.
Musisi Amerika dan Inggris yang pernah menandatangani kontrak rekaman dengan Ertegun antara lain nama-nama besar seperti the Rolling Stones, Led Zeppelin, Crosby, Stills, Nash and Young.
Ertegun adalah pria kelahiran Turki. Ayahnya seorang diplomat dan keluarga mereka pindah ke Negeri Paman Sam ketika ayahnya menjadi duta besar Turki buat Amerika.
Jika Ertegun dan keluarganya dilarang masuk ke Amerika maka kita tidak akan mengenal karya-karya musik hebat dari musisi-musisi kelas dunia itu.
Militer Negeri Paman Sam juga punya banyak tentara beragama Islam. Diperkirakan angkanya mencapai sekitar 4.500 hingga 5.000 orang.
Sebagian dari tentara muslim Amerika itu adalah imigran atau menjadi warga negara Amerika.
"Kita jelas punya tentara muslim," kata juru bicara Pentagon Peter Cook dua hari lalu.
Kareem Rashad Sultan Khan adalah satu di antara tentara muslim Amerika yang tewas di Irak pada 2007.
Khan dan tiga rekannya tewas terkena ledakan bom. Dalam sebuah wawancara, ayah Khan mengatakan putranya bergabung dengan militer Amerika karena teringat kejadian 11 September 2001.
"Keyakinannya sebagai muslim tidak membuat dia enggan bergabung dengan militer. Dia meyakini dirinya sebagai warga Amerika dan harus melakukan itu," ujar Feroze Khan, sang ayah.
Post a Comment