Donald Trump Larang Muslim Masuk AS
Kandidat calon presiden Partai Republik Donald Trump menyerukan
pelarangan para muslim masuk ke Amerika Serikat (AS). Ide ini
diungkapkan Trump saat menggelar kampanye pada Senin kemarin.
'Donald Trump menyerukan penghentian total terhadap muslim masuk ke
AS, hingga perwakilan negara kita mengerti apa yang sedang terjadi,"
demikian bunyi rilis kampanye Trump.
Trump sebelumnya menyerukan pengawasan terhadapa masjid. Dia juga
mengatakan akan membuka database seluruh muslim yang tinggal di AS, yang
lantas menjadi kabar paling kontroversial.
Pesan ini muncul setelah insiden penembakan di San Bernardino,
California, yang ditengarai dilakukan oleh pendukung ISIS, sehari
setelah Presiden Barrack Obama meminta para warga untuk tidak saling
serang.
Komentar Trump membuat persaingan antarcalon dari Partai Republik
berjalan kacau. Hal itu memaksa para kandidat lain dari partai yang sama
terlibat perdebatan apakah perlu diadakan tes agama untuk bisa masuk
AS.
Sayangnya, proposal Trump justru mendapat sambutan yang meriah dari
para pendukungnya. Mereka lantas menyebar pernyataan ini di sejumlah
media sosial.
"Saya pikir kita harus melarang setiap muslim datang. Siapapun
mereka. Alasannya sederhana, kita tidak bisa mengenali perilaku mereka,"
kata warga Myrtle Beach, Carolina Selatan, Charlie Marzka, 75 tahun.
Meski begitu, kampanye larangan muslim ini dapat membuat popularitas
Trump sedikit rusak. Miliarder yang telah mendominasi kontes kandidat
calon presiden AS selama beberapa bulan ini, meski kerap terkesan
kontroversial kemungkinan akan tenggelam di Gedung Putih.
"Tanpa melihat data jajak pendapat, semua orang tahu kebencian muncul
di luar pemahaman dari mana kebencian ini bisa muncul dan mengapa kita
harus menentukan sikap," ungkap dia.
"Hingga kita memahami masalah ini dan ancaman membahayakan ini
disebar, negara kita tidak bisa menjadi korban dari serangan mengerikan
dari orang-orang yang meyakini jihad dan tidak punya penghormatan
terhadap kehidupan manusia," lanjut Trump.
Kampanye Trump menekankan larangan tersebut harus tetap berlaku,
"hingga perwakilan negara kita dapat memahami apa yang terjadi."
Rilis kampanye itu didasarkan pada hasil jajak pendapat yang penuh kontroversi dari Pusat Kebijakan Keamanan (Center for Security Policy), yang
mengklaim seperempat Muslim tinggal di AS meyakini kekerasan terhadap
Amerika dapat dibenarkan dalam kerangka kampanye jihad global. Para
pengkritik mempertanyakan validitas informasi tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Pew Research dalam sebuah jajak
pendapat. Hasil jajak pendapat itu mengklaim adanya 'kebencian terhadap
Amerika berasal dari sebagian besar populasi muslim'.
Post a Comment