Festival Budaya Lembah Baliem - Papua
Eksotisme Lembah Baliem Bikin Turis Penasaran Datang ke Papua - Lebih dari seribu orang rela menempuh jarak yang sangat jauh ke pedalaman Papua demi menyaksikan Festival Budaya Lembah Baliem yang digelar setiap tahun.
Keindahan Lembah Baliem
menyimpan daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Lebih dari
seribu orang rela menempuh jarak yang sangat jauh ke pedalaman Papua,
demi menyaksikan Festival Budaya Lembah Baliem yang digelar setiap
tahun.
"Festival Baliem ini cukup
menyedot wisman, mereka pasti datang. Angkanya terus meningkat setelah
diadakan festival ini. Padahal dulu kurang dari 1000 orang yang datang
berkunjung," ungkap Edison Meliala, salah satu tour operator di Papua.
Festival yang menampilkan keunikan suku-suku yang ada di Jaya Wijaya ini rutin diselenggarakan setiap bulan Agustus.
"Biasanya kami selenggarakan
sebelum ulang tahun kemerdekaan. Tanggal 9-11 Agustus," imbuhnya saat
dijumpai di Jakarta Convention Center belum lama ini.
Diceritakan Edison, pada
awalnya Festival Lembah Baliem ini bertujuan agar meredam perang suku
yang kerap terjadi di Jaya Wijaya. Sehingga pemerintah berinisiatif
mengalihkan kegiatan mereka pada ajang perlombaan.
"Kalau di Madura ada karapan sapi, kami punya karapan babi yang diadu kecepatan larinya," tuturnya.
Bagi masyarakat di sana, Babi
memiliki peranan yang cukup penting. Bahkan selama ini perempuan
memiliki hubungan yang lebih dekat dengan hewan bertubuh gempal itu
dibandingkan dengan laki-laki.
Sehingga peserta festival pun
banyak yang diikuti oleh perempuan asli sana. Bagi para calon pengunjung
yang ingin menyaksikan langsung pada Agustus mendatang, Edison menjamin
kelengkapan akomodasi yang terdapat di sana.
"Semua fasilitas seperti hotel
dan transportasi saya kira sudah layak untuk menyambut kedatangan
turis. Bahkan untuk kelas mewah sekalipun kami sudah punya," tandasnya.
Selain festival budaya, para
pengunjung dapat mengeksplor Wamena melalui keindahan alamnya seperti
Telaga Biru Malma, Pasir Putih Aikima, Goa Kontolilola dan jembatan
gantung tradisional yang terletak di desa Asotipo Distrik Asotipo.
"Menantang sekali karena di
bawahnya membentang sungai dan jembatan gantung itu masih dibuat
menggunakan cara tradisional sepanjang 17 kilo," tutup Edison. (Ism)
Post a Comment