Mengapa Harus Tidur di Tempat Gelap? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Kurang tidur masalah kesehatan manusia yang serius.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (CDC) di Amerika Serikat menyatakan bahwa kurang tidur
merupakan masalah kesehatan yang serius.
Selain dapat menyebabkan banyak bahaya
langsung seperti kecelakaan mobil, kurang tidur juga menjadi penyebab
masalah kesehatan jangka panjang, seperti diabetes. Dan yang paling
disalahkan atas berkurangnya waktu untuk tidur itu adalah gaya hidup
modern dan teknologi.
Tapi benarkah orang-orang modern
mendapatkan durasi tidur yang kurang? Sebuah studi baru menantang
pertanyaan tersebut dari perspektif yang unik.
Para peneliti, dipimpin oleh Jerome
Siegel di UCLA, meneliti kehidupan tiga masyarakat pra-modern di Afrika
dan di Amerika Selatan. Mereka menganalisis orang-orang dari suku Hadza
(Tanzania), suku San (Namibia) dan suku Tsimane (Bolivia) yang masih
hidup dengan berburu dan tidak tersentuh kehidupan modern.
Seperti dikutip dari Gulf News, Jumat,
11 Desember 2015, Siegel dan timnya memilih mereka karena itu cara
terbaik untuk mengetahui apakah kebiasaan tidur di masyarakat industri
sudah tidak normal jika dibandingkan dengan kebiasaan tidur masyarakat
pra-modern di ketiga negara tersebut yang hidup tanpa listrik.
Siegel menemukan rata-rata waktu yang
dihabiskan masyarakat tersebut untuk tidur 7 sampai 8 jam setiap malam.
Dari jumlah ini, hanya 5 sampai 7 jam dianggap sebagai waktu tidur. Ini
hampir sama dengan, atau kurang dari, apa yang dilaporkan dilakukan
kebanyakan orang Amerika dan Eropa. Dan durasi tersebut dianggap terlalu
sedikit untuk menjaga kesehatan optimal.
Jadi, durasi tidur 5 sampai 7 jam adalah
alami dan normal, dan tidak dianggap masalah seperti yang dikemukakan
oleh CDC dan banyak organisasi kesehatan lainnya.
Penemuan lainnya adalah orang-orang yang
hidup dengan berburu tersebut tidur tidak kurang dari 3 jam setelah
matahari terbenam. Sebelum tidur, mereka melakukan beberapa kegiatan
seperti menyiapkan makanan, membuat panah, dan merencanakan perburuan
untuk esok hari. Keesokan harinya, mereka akan terbangun sebelum
matahari terbit.
Namun perbedaan besar dan penting antara
tidur masyarakat modern dan pra-modern adalah terang dan gelap.
Ternyata cahaya dari peralatan elektronik dapat menunda atau menutup
fisiologi malam, sedangkan cahaya dari kayu bakar atau api unggun tidak
bisa. Hal ini berdampak pada kualitas tidur dan kebugaran saat bangun
tidur.
Peralatan elektronik (ponsel pintar,
komputer, laptop) memancarkan cahaya gelombang pendek yang terang
seperti warna biru, sedangkan api unggun hanya mengandung cahaya
gelombang pendek redup seperti warna kuning atau merah. Dan cahaya
gelombang panjang itu menekan produksi melatonin pada malam hari dan
menyebabkan transisi fisiologi siang prematur.
Melatonin adalah hormon yang diproduksi
tubuh dan menjadi penanda fisiologi malam yang membantu otak mengatur
pola tidur dan bangun. Melatonin memiliki banyak fungsi biologis yang
penting, dan produksinya memerlukan gelap bukan tidur yang banyak.
Jadi, terjaga atau tidak, masyarakat
pra-modern terus memproduksi melatonin. Tidak seperti masyarakat
pra-modern yang produksi melatoninnya terganggu karena terus menggunakan
lampu listrik dan gadget elektronik di malam hari, dan bahkan sering
sampai larut malam.
Studi lainnya pada tubuh manusia juga
menyatakan bahwa warna biru terang yang memancar dari lampu listrik dan
gadget elektronik di sore hari akan mengurangi kualitas tidur
dibandingkan dengan cahaya redup yang dipancarkan oleh gelombang pendek.
Jadi, studi Siegel ini meyimpulkan bahwa
orang-orang pra-modern tidak tidur lebih lama atau sama dengan
masyarakat modern, tapi mungkin mereka hanya mendapatkan tidur malam
yang lebih baik, dan gelap yang jauh lebih berkualitas.
Post a Comment