Pada tahun 1883 Desa Caringin ditinggalkan oleh penduduknya karena 
terjadi gempa bumi akibat Gunung Krakatau meletus. Keadaannya menjadi 
hancur dan gersang. Setelah sepuluh tahun ditinggalkan akhirnya mereka 
kembali ke Caringin pada tahun 1893. Sekembalinya mereka ke Caringin, 
tak lama kemudian ada seorang ulama yang bernama  Syekh Asnawi bersama 
dengan penduduk secara gotong royong membangun masjid. Masjid ini diberi
 nama Masjid Caringin sampai sekarang. 
Syekh Asnawi adalah putra KH. Mas
 Abdurrahman (penghulu Caringin) dan ibunya Ratu Syafiah (keturunan 
sultan Banten) yang lahir pada tahun 1852. Masjid menjadi pusat syiar  
Islam dan menjadi basis perjuangan rakyat Banten. Pada tahun 1926 beliau
 ditangkap Belanda dan dipenjara di Tanah Abang selama stu tahun, 
kemudian diasingkan ke Cianjur selama empat tahun. Selain mendirikan 
masjid, Syekh Asnawi membangun sekolah Islam Madrasah Masyaariqul Anwar 
tahun 1932. Pada tahun 1937 beliau wafat dan dimakamkan di sebelah barat
 masjid.
Masjid Caringin pernah dipugar pada tahun 1980-1981 oleh Proyek 
pemugaran dan Pemeliharan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Barat. 
Kegiatan pemugaran tersebut adalah pelaksanaan penyelematan dari bahaya 
pelapukan, juga membangun bangunan untuk tempat generator dan kamar 
mandi.
Deskripsi Bangunan
Masjid Caringin merupakan suatu kompleks dengan luas tanah 2.599 m3 
serta dikelilingi tembok setinggi 115 cm. Pintu masuk halaman masjid 
terdapat di sebelah utara dan selatan. Arsitektur Masjid Caringin 
dipengaruhi oleh gaya Moor yang dapat dilihat dengan lengkungan bagian 
pintu dan Jendela. Sedangkan pengaruh Belanda dengan adanya jeruji dari 
besi dan bingkai kaca juga adanya tiang-tiang. Masjid mempergunakan 
bahan batu karang yang dicetak seperti bata. Ruangan yang terdapat di 
kompleks Masjid Caringin meliputi ruang utama, ruang serambi di keempat 
sisi, kolam, istiwa dan makam.
Masjid Caringin – Pandeglang (foto oleh disbudpar propinsi Banten)
Ruang Utama
Masjid Caringin berdiri di atas pondasi massif dan lebih tinggi ± 120
 cm dari halaman masjid. Denah ruang tersebut berbentuk persegi empat 
berukuran 12 x 12 m. Lantainya dari ubin berwarna merah kecoklatan dan 
lebih tinggi 10 cm dari lantai ruang lainnya. Ruang utama ini dibatasi 
oleh dinding pada keempat sisinya, tinggimya 4m dengan ketebalan 
rata-rata 40 cm. Pada dinding terdapat pintu, jendela dan lubang angin 
kecuali dinding barat yanmg tidak mempunyai pintu. Pintu berjumlah enam 
buah, jendela tiga buah dan lubang angin. Pada dinding timur terdapat 
tiga buah pintu dari kaca dan kayu. Pintu tengah berukuran 290 x 150 cm,
 dan dipadu dengan lubang angin berbentuk setengah lingkaran bermotif 
trawangan. Dua pintu lainnya berukuran 310 x 150 cm dengan lubang angin 
berbentuk persegi empat dengan hiasan geometris. Pintu-pintu tersebut 
mempunyai dua daun pintu.
Dinding utara masjid mempunyai dua buah pintu berukuran 310 x 150 cm,
 terdiri atas dua daun pintu dari kayu. Lubang angin pada pintu 
berbentuk persegi empat dengan hiasan geometris. Jendela pada dinding 
berbentuk persegi empat berukuran 250 x 150 cm. Daun jendelanya berupa 
bilah- bilah kayu. Pada dinding selatan hanya terdapat sebuah pintu 
berukuran 189 x 100 cm, berdaun pintu dua dan di bagian atasnya berupa 
jeruji kayu. Di atasnya terapat lubang angin berbentuk setengah 
lingkaran. Selain lubang angin di atas pintu ada lagi lubang angin 
lainnya yang terdapat di dinding berjumlah tujuh buah. Bentuknya 
setengah lingkaran empat buah dan tiga lagi berbentuk lingkaran. 
Ketinggian lubang angin dari lantai 184 cm (bentuk setengah lingkaran) 
dan 99 cm (lingkaran) dengan hiasan bintang dan motif roda putar.
- Tiang
Tiang sokoguru masjid ada empat buah yang menyangga atap tingkat 
pertama. Bentuknya segi delapan, tinggi 550 cm. Tiang berdiri di atas 
umpak dari batu andesit berbentuk seperti labu, tinggi 30 cm. Dasar 
umpak tanpa lapik, tubuh mempunyai bidang sisi umpak dan hiasan berupa 
pelipit setengah lingkaran dan pelipit miring di atas tubuh
- Mihrab
Mihrab pada Masjid Caringin berbentuk persegi empat berukuran 150 x 
115 cm, diapit oleh empat buah tiang. Dua buah tiang berfungsi sebagai 
penyangga penampil lengkung dengan tinggi 150 cm.
Bagian atasnya terdapat hiasan pelipit rata dan pelipit penyangga. 
Tiang yang dua buah lagi tingginya 140 cm dengan hiasan pelipit rata dan
 di atasnya terdapat hiasan teratai mekar. Pada dinding barat tersebut 
di bagian tengah terdapat lubang angin berbentuk lingkarang dengan garis
 tengah 20 cm dan berhiaskan huruf Arab (Muhammad). Tinggi mihrab dari 
lantai sampai langit-langit yang berbentuk lengkung 208 cm.
Atap mihrab disangga oleh tiang berbentuk lengkung an dan di bidang 
lengkungan tersebut ada hiasan kaligrafi. Sedangkan di sisi 
utara-selatan hiasan tumpal. Di sisi barat bagian dalam hiasan 
sulur-sulur daun. Puncak atap mihrab terdapat ukiran buag nanas.
- Mimbar
Di utara mihrab terdapat mimbar dengan bentuk seperti kursi, terdiri 
atas dua bagian yaitu bawah dan atas. Bagian bawah berupa bangunan 
massif sedangkan atasnya terbuat dari kayu. Di depannya terdapat tiga 
anak tangga, tingginya 21 cm dan lebarnya 30 cm. Tempat duduk berukuran 9
 x 95 cm dengan tinggi 53 cm. Di kiri-kanan tangga terdapat pipi tangga 
dengan hiasan pelipit rata. Pada mimbar terdapat tiang di sisi utara, 
barat, dan selatan masing-masing dua buah di sisi utara, selatan, dan 
barat terdapat hiasan tumpal. Di depan mihrab ada dua buah bendera putih
 yang diikatkan pada taing mimbar. Bendera tersebut bergambar pedang 
merah bercabang.
- Tangga
Di sudut tenggara ruang utama terdapat tangga untuk naik ke loteng. 
Dasar tangga berada dalam ruang berukuran 160 x 110 x 175 cm, berfungsi 
sebagai gudang. Di bagian barat terdapat pintu kayu berukuran 140 x 60 
cm. Tangga utara terbuat dari tembok. Ruang loteng berbentuk persegi 
empat dengan lantai kayu. Pada setiap dinding terdapat dua lubang angin.
Atap
Atap Masjid Caringin terdiri atas tiga tingkatan. Atap tersebut 
bersatu dengan atap ruang perawatan serambi barat dan utara. Atap 
tingkat pertama disangga oleh tiang sokogutu. Pada pncak atap tingkat 
tiga terdapat mustaka dari tanah liat dengan bulan sabit di puncak 
mustaka. Hiasan yang terdapat pada bagian ujung kerangka atap berupa 
hiasan tumpal.
Serambi
Bagian lain dari Masjid Caringin yaitu serambi. Serambi tersebut 
terdapat di keempat sisi bangunan utama, yaitu : serambi timur, barat, 
selatan dan utara.
- Serambi timur
Serambi ini merupakan serambi tertutup dengan denah persegi empat 
dengan ukuran 12 x 5,57 m. Lantainya dilapisi ubin berwarna coklat dan 
ketinggiannya sama dengan ruang utama. Dinding timur mempunyai sebuah 
pintu dan di kiri kanannya terdapat empat buah jendela. Diatasnya 
terdapat lubang angin berbentuk trawangan, hiasan daun-daunan dan 
sulur-sulur yang menempel pada dinding. Diserambi ini juga terdapat 
jendela yang berdaun jendela dua dari bilah-bilah kayu yang diapit oleh 
pilar semu yang menyangga lubang dengan bentuk setengah lingkaran di 
atas jendela. Hiasan atas jendela berupa mahkota dan tumpal. Selain itu,
 pada tiap-tiap dinding serambi juga terdapat sebuah pintu. Atap serambi
 timur berbentuk limasan dan ubinnya berukuran 20 x 20 cm. Pada serambi 
ini terdapat bedug yang terbuat dari kayu dengan panjang 2,40 m dan 
bidang pokulnya 0,84 m.
- Serambi Barat
Serambi ini berbentuk persegi empat panjang. Lantai dan ubin nya 
berwarna merah kecoklatan. Ukuran serambi ini 15 x 1,90 m dan di sisi 
baratnya terdapat selasar dengan lebar 1,10 m. Serambi dibatasi oleh 
dinding di keempat sisinya. Dinding timur merupakan batas dengan ruang 
utama. Di dinding barat terdapat lubang angin berbentuk lingkaran 
sebanyak lima buah yaitu dua terletak di sudut selatan, dan dua buah 
lagi mengapit lubang angin yang lebih besar dengan hiasan roda.
Jendela pada dinding ini ada dua dan berdaun jendela dua. Pada 
dinding selatan terdapat lubang angin berbentuk lingkaran. Di dinding 
utara terdapat pintu yang menghunungkan serambi barat dengan serambi 
timur dan pintu dari kayi dengan dua daun pintu.
- Serambi Selatan
Serambi selatan merupakan tempat shalat para wanita atau bisa dibebut
 juga dengan pawestren. Bentuknya persegi empat dengan ubin yang 
berwarna merah kecoklatan. Ruang ini dibatasi dinding pada keempat 
sisinya. Dinding utara merupakan pembatas pembatas dengan keempat 
sisinya yang juga merupakan pembatas dengan ruang utama.
Pintu terdapat pada dinding timur dan barat. Sedangkan di dinding 
selatan terdapat jendela dengan tiga lubang angin. Daun jendela berupa 
bilah-bilah kayu yang disusun secara horizontal. Lubang angin berbentuk 
lingkaran dan atap serambi menyatu dengan ruang utama.
- Serambi Utara
Lantai serambi utara lebih rendah dari ruang utama dan dilapis ubin 
berwarna coklat kemerahan. Serambi dibatasi tiga buah dinding. Dinding 
timur menghubungkan serambi utara dan timur. Pada dinding terdapat 
sebuah pintu dengan dua daun pintu dari kayu, dan di atasnya terdapat 
lubang angin berbentuk setengah lingkaran. Dinding barat mempunyai 
sebuah pintu berukuran sama dengan dinding timur. Pintu terdiri atas 
satu daun pintu, bagian atas berupa jeruji yang dipasang tegak lurus dan
 bagian bawah berupa panil kosong. Lubang angin berbentuk setengah 
lingkaran dengan hiasan tumpal dan salur-salur. Dinding utara terdapat 
tiang-tiang berjumlah 30 buah, bentuknya silinder. Tiang terbagi atas 
tiga bagian yaitu kaki, badan, dan kepal. Kaki berbentuk balok, badannya
 berbentuk silinder dan tingginya 200 cm sedangkan kepalanya terdiri 
dari pelipit rata dan pelipit setengah lingkaran. Di antara kaki, 
badan,  dan kepala dibatasi oleh pelipit setengah lingkaran.
Kolam
Kolam ada dua buah yang terletak di kaki seraMBI TIMUR. Kolam pertama
 berdenah persegi empat dan dipisahkan oleh jalan masuk ke serambi. 
Kolam mempunyai pagar setinggi 80 cm dengan pintu masuk selebar 120 cm. 
Kolam kedua berukuran 10,50 x 6,60 cm dengan dua buah pintu di dinding 
pagar utara dan selatan.
Istiwa
Pada halaman timur terdapat alat petunjuk waktu yang menggunakan 
sinar matahari disebut istiwa. Bentuknya seperti hurul ‘L’ berukuran 
panjang 100 cm, lebar 50 cm, tinggi 50 cm. Kaki mempunyai lapik 
berukuran 70 x 10 x 10 cm. Tubuh berbentuk kubus, pada sisinya berukuran
 50 cm. Di atas tubuh terdapat kepala berukuran 68 x 68 x 50 cm. Pada 
sisi utara selatan terdapat busur setengah lingkaran dan dibagi menjadi 
12 bagian.
Makam
Seperti umumnya pada setiap masjid kuno selalu terdapat tempat 
pemakaman. Makam ini terletak 350 cm sebelah barat masjid. Tokoh yang 
dimakamkan adalah KH. Muhammad Asnawi, pendiri Masjid Caringin. Makam 
berada dalam satu bangunan berukuran 15 x 8 m. Pintu masuknya terdapat 
di dinding utara. Makam dikelilingi pagar besi dan ditutup dan ditutup 
kain hijau, terdiri atas jirat dan nisan. Jirat berbentuk persegi empat 
 memanjang daru utara-selatan. Di atas jirat terdapat dua buah nisan 
yaitu nisan kepala terbuat dari batu andesit dan bentuknya lonjong. 
Nisan yang satu lagi bagian kaki berbentuk pipih dan mamer terdapat 
tulisan Arab yang berbunyi “Syekh Asnawi wafat 13 Rabiul Akhir 1356 H 
(1937 M)”. Kedua nisan tersebut dibungkus kain putih (kafan).


Post a Comment