Masjid
Angke terletak di Jalan Tubagus Angke RT 001 RW 05, Kampung Rawa Bebek,
Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Kotamadya Jakarta Barat, Propinsi
DKI Jakarta. Masjid ini letaknya dikelilingi oleh rumah penduduk,
sedangkan di bagian muka atau bagian timur terdapat makam. Sedangkan
bangunan tambahan dibangun pada tahun 1979.
Masjid Angke dibangun pada 2 April 1761M oleh seorang wanita keturunan Tionghoa Muslim dari Tartar bernama Ny. Tan Nio yang bersuamikan orang Banten. Sejarah masjid ini ada kaitannya dengan Gubernur Jenderal Adrian Valckenier (1737-1741).
Pada masa pemerintahannya terjadi ketegangan-ketegangan dengan rakyat dan orang-orang Cina makin memuncak. Kemudian pada tahun 1740 orang-orang Cina yang bersenjata menyelusup dan menyerang Batavia.
Oleh karena itu, Valckenier memerintah agar membunuh orang Cina secara masal. Hal ini deiketahui oleh Pemerintah Belanda sehingga Valckenier diminta pertanggungjawabannya dan dianggap sebagai gubernur jenderal tercela. Kemudian dia ditangkap dan dipenjarakan di Batavia tahun 1941, dan tak lama kemudian Andrian Valckenier meninggal dunia.
Masjid Angke dibangun pada 2 April 1761M oleh seorang wanita keturunan Tionghoa Muslim dari Tartar bernama Ny. Tan Nio yang bersuamikan orang Banten. Sejarah masjid ini ada kaitannya dengan Gubernur Jenderal Adrian Valckenier (1737-1741).
Pada masa pemerintahannya terjadi ketegangan-ketegangan dengan rakyat dan orang-orang Cina makin memuncak. Kemudian pada tahun 1740 orang-orang Cina yang bersenjata menyelusup dan menyerang Batavia.
Oleh karena itu, Valckenier memerintah agar membunuh orang Cina secara masal. Hal ini deiketahui oleh Pemerintah Belanda sehingga Valckenier diminta pertanggungjawabannya dan dianggap sebagai gubernur jenderal tercela. Kemudian dia ditangkap dan dipenjarakan di Batavia tahun 1941, dan tak lama kemudian Andrian Valckenier meninggal dunia.
Masjid Angke pada tahun 1920-an (foto oleh expeditionaissance)
Waktu
terjadi pembunuhan itu sebagian orang Cina yang bersembunyi dilindungi
oleh orang-orang Islam (Banten) dan tinggal bersama sampai tahun 1751.
Mereka inilah yang mendirikan masjid Angke. Secara organisasi masjid ini
dimiliki oleh Yayasan Pengurus Masjid Jami al-Anwar dan dikelola oleh
anggota yayasan.
Berdasarkan
sumber Oud Batavia karya Dr F Dehan, masjid didirikan pada hari Kamis,
tanggal 26 Sya’ban 1174 H yang bertepatan dengan tanggal 2 April 1761 M
oleh seorang wanita keturunan Tionghoa Muslim dari Tartar bernama Ny.
Tan Nio yang bersuamikan orang Banten, dan masih ada hubungannya dengan
Ong Tin Nio, istri Syarif Hidayatullah.
Arsitek pembangunan masjid ini adalah Syaikh Liong Tan, dengan dukungan dana dari Ny. Tan Nio. Makam Syaikh Liong Tan, arsitek Masjid Jami Angke, yang berada di bagian belakang Masjid Jami Angke.
Arsitek pembangunan masjid ini adalah Syaikh Liong Tan, dengan dukungan dana dari Ny. Tan Nio. Makam Syaikh Liong Tan, arsitek Masjid Jami Angke, yang berada di bagian belakang Masjid Jami Angke.
Pemugaran Masjid Angke telah dilaksanakan beberapa kali antara lain :
- Tahun 1969-1970 Gubernur DKI Jakarta memugar beberapa bagian yang meliputi lantai dalam, pengurugan halaman dengan plesteran, kaso-kaso bagian atap susun, dan langit-langit (plafond).
- Tahun 1973 bagian yang dipugar adalah tempat wudhu, tempat bedug, dan pintu masuk.
- Tahun 1974 pemberian cungkup makam Syarifah Maryam
- Tahun 1979 Pemberian cungkup makam Sultan Syekh Hamid Algadri.
- Tahun 1985-1987 diadakan pemugaran oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jakarta dengan cara rehabilitasi dan konservasi.
Masjid
Angke sekarang terkenal dengan nama masjid al-Anwar didirikan pada
tahun 1761 M oleh seorang bangsa Cina dari Tartar yang kawin dengan
orang Banten
Deskripsi Bangunan
Masjid
Angke dikelilingi pagar tembok setinggi 1m pada sisi utara, barat, dan
selatan, sedangkan sisi timur pagarnya terbuat dari besi. Luas halaman
masjid ± 500 m3 . Pintu masuk halaman masjid terdapat di sisi
timur dengan menuruni tiga buah anak tangga. Pada tembok sebelah barat
yaitu di sudut barat daya terdapat gapura untuk jalan keluar / masuk.
Halaman masjid dipelester dan diberi atap. Masjid Angke merupakan masjid
yang mempunyai peraduan bentuk arsitektur yaitu gaya Jawa, gaya limas
karpus, dan gaya Eropa dapat dilihat pada bagian pintu dan jendela.
Ruang Utama
Bangunan
utama Masjid Angke berdenah persegi empat dan berdiri di atas batur
setinggi ± 40 cm di atas permukaan halaman masjid. Lantai masjid
mempergunakan ubin berukuran 40 x 40 cm.
Masjid dibatasi oleh dinding tembok dan pada tembok tersebut terdapat pintu masuk sebanyak tiga buah yaitu di sisi timur, utara, dan selatan dengan dua daun pintu. Pintu di timur merupakan pintu masuk utama berukuran 334 x 180 cm sedangkan daun pintunya berukuran 253 x 65 cm. Pada bagian atas terdapat hiasan kaligrafi dan pada daun pintu hiasannya berupa hiasan relung dan sulur-sulur.
Pintu isi utara dan selatan berukuran 255 x 145 cm, daun pintunya berukan 237 x 53 cm. Hiasan pintu selatan berupa pelipit genta, setengah lingkaran, mahkota, dan ukiran bermotif bunga dan daun. Jendel apada masjid ada 14 buah masing-masing di sisi timur, utara, dan selatan empat buah sedang di sisi barat hanya dua buah.
Jendela tersebut tanpa daun jendela jadi hanya berupa kayu yang dibubut berbentuk bulat seperti lubang angin. Ukuran jendela timur, utara, dan selatan 130 x 190 cm sedangkan pada sisi barat berukuran 130 x 36 cm.
Masjid dibatasi oleh dinding tembok dan pada tembok tersebut terdapat pintu masuk sebanyak tiga buah yaitu di sisi timur, utara, dan selatan dengan dua daun pintu. Pintu di timur merupakan pintu masuk utama berukuran 334 x 180 cm sedangkan daun pintunya berukuran 253 x 65 cm. Pada bagian atas terdapat hiasan kaligrafi dan pada daun pintu hiasannya berupa hiasan relung dan sulur-sulur.
Pintu isi utara dan selatan berukuran 255 x 145 cm, daun pintunya berukan 237 x 53 cm. Hiasan pintu selatan berupa pelipit genta, setengah lingkaran, mahkota, dan ukiran bermotif bunga dan daun. Jendel apada masjid ada 14 buah masing-masing di sisi timur, utara, dan selatan empat buah sedang di sisi barat hanya dua buah.
Jendela tersebut tanpa daun jendela jadi hanya berupa kayu yang dibubut berbentuk bulat seperti lubang angin. Ukuran jendela timur, utara, dan selatan 130 x 190 cm sedangkan pada sisi barat berukuran 130 x 36 cm.
Tiang
yang terdapat di dalam bangunan utama ada empat buah. Tiang tersebut
merupakan tiang sokoguru berbentuk persegi empat terbuat dari beton.
Tiang berdiri di atas tumpak berukuran 77 x 77 x 50 cm. Jarak antara
tiang yang satu dengan lainnya 450 cm.
Tiang-tiang 918 m. Tiang terbagi atas tiga bagian yang dibatasi oleh susunan pelipit seperti pelipit penyangga, pelipit miring, dan pelipit genta. Hiasan yang terdapat pada tiang merupakan garis-garis simetris. Di setiap sudut masjid terdapat tiang semu dan di bagian atasnya ada hiasan berbentuk siku-siku dengan kepala naga.
Tiang-tiang 918 m. Tiang terbagi atas tiga bagian yang dibatasi oleh susunan pelipit seperti pelipit penyangga, pelipit miring, dan pelipit genta. Hiasan yang terdapat pada tiang merupakan garis-garis simetris. Di setiap sudut masjid terdapat tiang semu dan di bagian atasnya ada hiasan berbentuk siku-siku dengan kepala naga.
Interior Masjid Angke (foto oleh thearoengbinangproject.com
Pada
sisi barat terdapat ruangan mihrab yang berbentuk persegi empat. Ukuran
mihrab yaitu 109 x 161 x 24 cm. Di bagian depan mihrab terdapat bingkai
berbentuk lengkung yang lebarnya 7 xm dengan ketebalan sekitar 28 cm
yang merupakan ambang pintu. Di atas bingkai terdapat bidang kosong dan
di dalamnya ada hiasan kaligrafi. Di kiri-kanan ambang pintu ada bingkai
rata yang menopang bingkai lengkung. Pada sudut atas/ujung bangunan ada
hiasan yang disebut hiasan pipit gantil.
Sebelah
utara mihrab terdapat mimbar menempel pada tembok berukuran 165 x 120
cm. Bentuknya persegi empat dan atasnya setengah lingkaran. Dinding
mimbar terdiri dari deretan tiang yang mempunyai pelipit. Mimbar
berhiaskan medallion dan huruf Arab.
Atap
bangunan masjid merupakan atap tumpang bersusun dua bentuk limasan.
Atap tersebut mempunyai loteng bertingkat dua. Pada loteng tingkat dua
terdapat ruang berukuran 4 x 4 m dan berpagar terali kayu. Sedangkan
loteng pertema merupakan langit-langit atap tingkat pertama. Untuk naik
ke loteng terdapat tangga. Pada sekeliling lisplang atap tingkat satu
terdapat hiasan ukiran kayu. PUncak atapnya dihiasi dengan mustaka yang
berbentuk seperti piala.
Bangunan Tambahan
Bangunan
tambahan yang terdapat pada Masjid Angke berupa bangunan tempat shalat,
tempat wudhu, ruang perpustakaan, dan ruang untuk belajar mengaji.
Sebelah utara masjid terdapat ruangan untuk shalat yang menempel dengan
bangunan utama. Ukuran ruangan 6 x 13,50 m.
Dinding dari tembok dan terdapat dua pintu masuk yaitu di sisi timur dan utara. Pintu di sisi timur sama seperti pintu masuk utama tetapi ukurannya lebih kecil, juga terdapat tiga anak tangga untuk masuk. Disamping ruangan untuk shalat ada ruangan untuk berwudhu. Di depan tempat wudhu terdapat beduk kuno, tetapi kulit bidang pikulnya telah iganti dengan yang baru.
Dinding dari tembok dan terdapat dua pintu masuk yaitu di sisi timur dan utara. Pintu di sisi timur sama seperti pintu masuk utama tetapi ukurannya lebih kecil, juga terdapat tiga anak tangga untuk masuk. Disamping ruangan untuk shalat ada ruangan untuk berwudhu. Di depan tempat wudhu terdapat beduk kuno, tetapi kulit bidang pikulnya telah iganti dengan yang baru.
- Ruang perpustakaan
Ruang
perpustakaan terdapat pada sisi utara bagian depan (dekat dengan pagar
tembok timur). Ruangan ini berfungsi sebagai tempat secretariat masjid
dan juga ruang perpustakaan. Pintu ada di sisi barat dengan satu daun
pintu sedangkan jendelanya merupakan jendela nako.
- Ruangan Belajar
Di
sebelah kiri (sisi selatan masjid) agak ke depan dibuat ruangan yang
berfungsi sebagai tempat anak-anak belajar mengaji. Lantainya dari
semen. Dinding bangunan terbuat dari kayu dan pintu dari kayu juga. Di
dalam ruangan terdapat meja dan kursi untuk murid-murid yang sedang
belajar.
Makam
Di
kompleks Masjid Angke terdapat makam yang terbagi atas tiga kelompok,
dua kelompok terdapat di dalam kompleks sedangkan datu kelompok di
seberang atau depan masjid.
- Makam yang terdapat di depan masjid merupakan makam Sultan Hamid Algadri dari Pontianak (putra Sultan Pontianak). Beliau dibuang ke Batavia pada masa pemerintahan Hindid Belanda. Makamnya dibuat dari batu pualam dan ada tulisan yang menyebutkan sultanmeninggal dunia dalam usia 64 tahun 35 hari (1274 H atau 1854 M). Nisannya berbentuk gada dengan angka tahun. Selain itu terdapat pula lima buah makam lain. Tiga buah makam dalam satu cungkup sedangkan yang dua lagi berada di luar cungkup
- Makam yang terdapat dalam kompleks tepatnya di belakan masjid, berjumlam 30 buah dan terbuat dari batu kali. NIsannya berhiaskan ukiran kuncup padma, segitiga tumpal, dan sulur-sulur.
- Makam yang terletak di dalam kompleks pada bagian yang menjorok adalah makam Syarifah Maryam dan Syekh Jafar, merupakan keluarga Pangeran Hasanuddin (Banten). Nisan berbentuk bulat dengan hiasan kerucut di atasnya, berukirkan bunga padma, tumpal, dan sulur-sulur.
Makam Pangeran Syarif Hamid Al Kadri (foto oleh thearoengbinangproject.com)
Post a Comment