GuidePedia

0
 Masjid Asasi Nagari Gunung
 
Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Asasi Sigando ini terletak di Kelurahan Sigando Nagari Gunung, Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Berdiri di antara permukiman penduduk dan pada ketinggian 575 meter di atas permukaan laut. Terdapat beberapa versi mengenai asal mula berdirinya masjid. Dua diantaranya adalah seorang peneliti Belanda yang mendapatkan referensi bahwa masjid didirikan pada tahun 1685 dan Surat Pernyataan Pembentukan Baitulmal Masjid Asasi Nagari Gunung yang mengatakan bahwa pada tahun 1775 berdiri masjid di atas Surau Gadang. Terlepas dari beberapa sejarah mengenai pendirian masjid, Masjid Asasi Nagari Gunung merupakan masjid tertua di Padang Panjang.

Masjid yang semula Surau Gadang memiliki bentuk yang sederhana. Bertonggak kayu, dinding dan lantai terbuat dari papan, dan atap terbuat dari ijuk (anau). Masjid berdiri di atas tanah wakaf Imam Baso dan Khatib Kayo Almarhum Suku Koto. Peresmian bangunan dilakukan oleh Tuangku Nan IV Jurai dalam sidang Kerapatan Nagari Penghulu Nan IV dan Penghulu Nan IV di balairungsari Balai Tajungkang di tanah Datuk Kupiah Sangit Almarhum. Tuangku Nan IV yang tergabung dalam Jurai Sigando, Jurai Ganting, Jurai Lusiang, dan Jurai Ekor Lubuk pada tahun 1795 melakukan usaha penggantian bahan bangunan. Usaha tersebut dilakukan bersama dengan anak nagari mencari kayu untuk tonggak macu, tonggak pendukung, dan bahan lainnya yang diperlukan di Gunung Merapi. Selain itu, hasil penjualan panen dari sawah wakaf juga dibelikan kayu dan ijuk.

Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1800 berupa penggantian tonggak kayu, dinding dan lantai dari papan, dan gonjong satu di tengah-tengah. Sedangkan atap masjid masih menggunakan ijuk. Pengerjaan bagian atap masjid dipimpin oleh Engku Panjang dari Pandai Sikat dan pengerjaan kayu oleh Gaik Palimo dari Sarik Sungai Puar. Masyarakat setempat juga melakukan pemugaran berupa penggantian atap juk dengan seng, tiang kayu yang lapuk menjadi tembok, dan dinding bagian dalam ditambah lapisan papan baru.

Masjid dikelilingi pagar besi di bagian selatan dan pagar tembok di bagian barat dan utara. Untuk memasuki kawasan masjid, terdapat pintu gerbang di sebelah selatan.  Bangunan masjid itu sendiri berbentuk panggung, berdenah persegi panjang, dan terbuat dari kayu. Mihrab dan serambi masjid menjorok keluar dari bangunan utama. Atap masjid bersusun tigaterbuat dari bahan seng, dimana bagian atap mihrab dan serambi bergonjong dua. Adapun pintu untuk memasuki ruangan utama berada di sebelah timur dengan melalui tujuh buah anak tangga. Pintu tersebut memiliki dua buah daun pintu.

Dinding ruang utama terbuat dari kayu papan berukir khas tradisional Minangkabau di bagian luar, sedangkan di bagian dalam ditambahah lapisan papan polos baru. Lantai masjid juga terbuat dari papan kayu. Di dalam ruang utama berdiri delapan buah tiang kayu dan sebuah tonggak macu. sebelumnya tonggak macu juga terbuat dari kayu. Akan tetapi, karena keropos diganti dengan beton dari bagian bawah yang berbentuk persegi hingga plafon yang berbentuk segi delapan dan bulat. Jendela kaca berdaun dua masing-masing berjumlah empat buah berada di dinding utara dan selatan ruang utama. Jendela serupa juga dapat ditemui di sisi utara dan selatan mihrab. Atap mihrab berbentuk gonjong dan di dalamnya terdapat mimbar yang terbuat dari kayu papan.

Serambi masjid berada di sebelah timur berupa ruangan tertutup tanpa jendela. Ruangan serambi ini disekat dari ruang utama, memiliki pintu di sebelah barat ruang utama, dan difungsikan sebagai ruangan pengurus masjid. Kemudian, di bagian depan masjid sebelah utara terdapat bangunan panggung seperti tempat penyimpanan padi yang digunakan untuk tempat bedug yang terbuat dari kayu kelapa. Bangunan tersebut terbuat dari kayu, dinding berupa papan berukir, dan atap terbuat dari seng dengan bentuk gonjong empat. Pintu masuknya berada di sebelah timur. Bangunan terakhir yang terpisah dari bangunan induk dan berada di sebelah selatan dari depan masjid adalah tempat wudhu. Tempat wudhu berada diluar pagar, di bawah bangunan rumah garin masjid. sumber air berasal dari mata air yang ada di sekitar masjid. Pintu masuknya berada di sebelah barat dengan melalui tangga menurun.

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat

Post a Comment

 
Top