GuidePedia

0
Masjid Raya Pakandangan

Masjid terletak di Jalan Raya Syekh Burhanuddin, dimana secara administratif masuk ke dalam wilayah Dusun Pasar Barat, Desa Pasar Pakandangan, Kecamatan Duakalisebelasenamlingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Berdenah persegi dan terletak kurang lebih tiga meter lebih rendah dari jalan raya. Bentuk atapnya berupa tumpang empat terbuat dari bahan seng. Masjid berupa kompleks dengan pintu gerbang di sebelah timur dan harus menuruni 15 anak tangga untuk menuju bangunan induk.

Tidak diketahui secara pasti siapa pendiri Masjid Raya Pekandangan. Akan tetapi, pendirian masjid sekitar tahun 1865 ini sangat erat hubungannya dengan penyebaran agama islam di Minangkabau oleh Syekh Burhanuddin. Pemugaran masjid pernah dilakukan pada tahun anggaran 1993/1994 oleh Proyek Pelestarian d/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Barat. Pemugaran berupa perbaikan tiang, dinding lantai, loteng, pintu, jendela, kolam, tempat wudhu dan pembuatan WC.

Pada bagian depan halaman masjid yang tidak terlalu luas terdapat bangunan terbuka yang berfungsi sebagai tempat wudhu. Tempat wudhu memiliki denah persegi dan terdiri atas dua lantai. Bentuk atapnya berupa tumpang dua yang terbuat dari seng dan ditopang oleh tiang kayu yang berdiri di pinggir. Bentuk bangunan tempat wudhu ini jika dilihat sekilas seperti serambi masjid. Pada bagian tengah lantai dasar terdapat tempat wudhu dengan bentuk kolam segi delapan yang memilki air mancur di tengah kolam. Selain itu, terdapat pula bedug dan tangga naik ke lantai dua yang berdenah persegi dan berdinding kaca nako. Sebelah selatan tempat wudhu, dengan menuruni empat buah anak tangga, dapat ditemui kolam berbentuk ‘L’. Sebagian kolam berada di selatan masjid dan sebagian lagi berada di sebelah utara masjid berdekatan dengan bangunan TPA. Kolam masjid ini terletak di tepi Batang Air Ulakan.

Teras masjid berada di bagian depan atara tempat wudhu dan ruang ruang utama. Sehingga, bagi jemaah yang sudah memiliki wudhu bisa langsung memasuki ruang utama melalui teras. Teras berlantai keramik dan pada bagian luarnya terdapat penyangga atap teras berupa pilar. Untuk memasuki ruang utama, terdapat dua buah pintu di sisi timur.  Adapun jendela masjid sejumlah 12 buah terletak empat buah masing-masing di sisi selatan dan timur, dua buah di antara ruang utama dan mihrab, dan dua buah di ruang mihrab. Lantai ruang utama terbuat dari bahan keramik yang sebagiannya ditutupi karpet. Terdapat sembilan tiang yang terbuat dari kayu di dalam ruang utama. Salah satunya termasuk tonggak macu yang berdiri di tengah ruangan. Semua tiang dilapisi papan membentuk segi delapan dan dicat kuning serta coklat. Di sudut tenggara ruang utama terdapat 14 anak tangga yang terbuat dari kayu berbentuk huruf ‘L’ untuk naik ke atas plafon.

Di sisi barat ruang utama berdiri mihrab yang berbentuk persegi panjang. Pada sisi utara dan selatannya disekat membentuk kamar. Masing-masing kamar memiliki sebuah jendela yang mengahadap ke ruang utama dan sebuah pintu yang menghadap ke teras samping. Antara mihrab dan ruang utama dipisahkan oleh tiga tiang semu yang membentuk dua relung. Selain mihrab dan anak tangga, terdapat mimbar yang terletak di sisi utara ruang utama. Mimbar berbentuk persegi panjang, terbuat dari kayu, dan ditutup oleh kelambu putih. DI bagian depan mimbar terdapat dua buah tiang yang membentuk gapura dengan hiasan kaligrafi di bagian atasnya. Sedangkan bagian belakang mimbar memiliki empat buah tiang sebagai penyangga atap. Terdapat ukiran motif bunga pada setiap sisi mimbar. Selain kolam, TPA, dan tempat wudhu, terdapat dua buah makam dan surau di belakang masjid. Bangunan surau terbuat dari kayu berdenah persegi, atap tumpang dua dari bahan seng, dan memiliki kolong.

Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.

Post a Comment

 
Top