Keesokan harinya, Karta merasakan seluruh tubuhnya sakit. Kulitnya mulai gatal-gatal.
Makin lama, kulitnya seperti melepuh. Hari-hari berikutnya lepuhan
itu mengeluarkan nanah dengan bau yang menyengat. Sampai-sampai,
tetangga yang menjenguknya pun tidak berani mendekat.
“Tolong carikan ibuku, aku ingin minta maaf. Sakitku ini karenanya,” pintanya pada seseorang.
“Tidak. Biar Karta merasakan sakit itu. Sakitnya hatiku diusir lebih
sakit dari apa yang dirasakan Karta,” jawab sang ibu saat ditemui
pesuruh Karta, “aku tak mau kembali ke rumah itu.”
Beberapa hari kemudian, Karta pun meninggal. Begitu busuknya bau Karta, sampai-sampai tidak ada yang mau memandikannya.
Sang istri pun menyewa orang untuk memandikan Karta. Waktu
meninggalnya Karta hampir bersamaan dengan meninggalnya orang lain di
kampung yang sama.
Sehingga tersedialah dua galian untuk memakamkan mereka. Dan baru saja Karta dimakamkan, keributan terjadi.
Post a Comment